Selasa, 15 Maret 2016

{My Daily Life} SAYA NGGAK SUKA ORGANISASI, WHY NOT?

SAYA TIDAK SUKA ORGANISASI, WHY NOT?


Mm... Sebenarnya ini hanyalah curhatan tidak penting. Tapi memang lebih baik dicurahkan dalam bentuk tulisan, ketimbang hanya jadi unek-unek di otak.

Mungkin banyak dari sebagian besar anak muda yang senang berorganisasi, atau bahkan menjadi hobi. Ya, maka dari itulah anak-anak sejenis saya ini selalu dianggap kuper, bodoh, culun, hanya karena nggak menyukai organisasi. Well, sekali lagi, suka atau tidak suka organisasi itu kan sebuah pilihan hidup. Sama seperti saat kita memilih pakaian, atau jenis film yang akan kita tonton. Itu semua kan berdasarkan selera. Lagipula tidak ada kok yang menuntut kita untuk harus ikut berorganisasi. Yang menuntut kita untuk berorganisasi sebenarnya hanya dari pengaruh lingkungan dan juga karena diri kita sendiri yang tidak pede dengan kemampuan yang kita miliki. Saya analogikan begini : Kamu itu penyuka film thriller, hobi ngoleksi film thriller sampai beribu-ribu judul dan nggak pernah melewatkan satu pun film, akan tetapi, karena mayoritas anak-anak seumuranmu lebih menyukai film drama, maka mereka pun secara tidak langsung akan memaksamu untuk mau menonton film drama juga (meskipun kamu ogahnya setengah mati). Kalau misalnya kamu kebetulan papasan sama mereka, pasti ‘kan mereka nanya, “Eh, nanti abis kuliah kamu mau nonton film apa?” Terus kamu jawab, “Nonton film thriller.” Dan kamu temen-temen kamu yang mayoritas suka film drama pasti akan memberi reaksi, “Yaelah. Film kayak gitu tuh nggak bagus buat jadi tontonan, apalagi banyak adegan penyiksaannya, mending ikut kita-kita nonton film drama. Apalagi film “Habibi dan Habibah” itu lho yang lagi ngehitz kan lebih banyak pembelajaran hidupnya.”
Dan akhirnya kamu yang seleranya dari bawaan orok udah suka film thriller menjadi tidak pede dan mencap diri sendiri aneh karena nggak sejalan sama pemikiran orang kebanyakan yang sukanya film drama.

Nangkep kan apa yang saya maksud? Jadi, kamu yang golongan minoritas yang sukanya film thriller adalah mahasiswa yang sukanya hal-hal yang berbau ilmu, membaca, menulis cerpen, atau orang yang punya kepribadian introvert sedangkan mayoritas dari teman-teman kamu adalah orang-orang yang emang hobinya suka ketemu orang banyak, kumpul-kumpul, berdiskusi, heboh, suka jalan-jalan hingga ke ujung bumi yang tentunya sangat berbanding terbalik dengan kamu. Nah apalagi ditambah dari tuntutan sosial dari masyarakat kita yang memang lebih cenderung ke kayak teman-teman kita tadi, pasti kita yang golongan minoritas ini dalam hati selalu ngerasa ngenes, tidak pede, dan rasanya kayak udah nggak ada gunanya lagi hidup. Karena well, kita sendiri juga nggak mau dipaksa untuk menyukai hal-hal yang nggak kita sukai. Coba deh buat mereka yang hobinya kumpul-kumpul pasti mereka menganggap bahwa kuliah, belajar, membaca, menulis adalah hal yang membosankan dan apa mereka mau untuk dipaksa jadi kayak kita? Pasti mereka juga nggak bakal mau kan? So, ini seperti udah jalan hidup masing-masing dimana mereka yang bergerak dan aktif dan kita ini sebagai pemikir yang lebih cenderung menyukai kehidupan yang monoton. Dan gak semua orang introvert nggak suka organisasi kok, buktinya banyak juga yang suka dan lagi-lagi ini memang tergantung selera aja sih.

Soal masa depan, hal itu juga nggak bergantung dari seberapa banyak organisasi yang kamu ikutin kok. Jiwa kepemimpinan itu nggak harus dilatih dari organisasi. Kita udah bisa mengkoordinir beberapa teman kita dalam kerja kelompok aja itu juga butuh jiwa kepemimpinan loh. Apalagi seorang penulis/komikus yang juga harus bekerjasama dengan editor, proof reader, pimpinan redaksi, dan lain sebagainya. Meskipun mereka kelihatannya kuper dan nggak banyak berinteraksi dengan orang (kerjanya di rumah/lebih banyak kerja sendirian) tapi kan dalam pekerjaan mereka juga tetap membutuhkan teamwork yang baik dengan berbagai pihak supaya tulisan yang diterbitkan pun nggak kacangan.

Dan juga apa salahnya sih bagi mereka yang memang dari bawaan orok cuma suka kuliah doang. Cuma suka belajar karena mereka memang mencintai ilmu itu sendiri. Well, contoh Albert Einstein, Michael Faraday, Helen Keller, mereka adalah orang-orang yang mencintai ilmu dan mereka menganggap bahwa kegiatan belajar dan membaca bukanlah kegiatan yang membosankan, justru belajar itulah cara mereka untuk bermain. Dan buktinya mereka juga bisa jadi orang hebat, karena mereka memang mengerjakan apa yang mereka sukai dan tidak pernah minder dengan apa yang mereka sukai meskipun mereka dianggap freak, kuper, dll. Ya orang saya sukanya belajar, nah terus apa masalahnya? Kita juga bisa berkontribusi untuk masyarakat kok, buktinya Albert Einstein apakah tidak berkontribusi besar bagi masyarakat? Kita memberikan masyarakat ilmu. Bukankah ilmu itu tidak ada harganya dan sangat priceless? So, jangan menilai orang hanya dari apakah dia sering kelihatan wira-wiri di organisasi apa enggak, soalnya kadang kita juga nggak tahu apakah mereka ikut organisasi itu karena tuntutan mayoritas/tuntutan karena pengen masuk di salah satu instasi atau emang bener-bener dari passion mereka sendiri.

Hmm.. Well, jadi pesan saya. Jangan pernah minder! Jangan mudah terpengaruh anggapan kebanyakan orang! Jadilah dirimu sendiri dan lakukan apa yang kamu sukai! Mau kamu suka berorganisasi atau enggak itu kan hanya masalah selera. Jiwa kepemimpinan, solidaritas, dan hal-hal yang baik tidak selamanya hanya datang dari kegiatan-kegiatan itu kok. Kadang kehidupan sehari-hari saja bisa memberikan pengalaman yang luar biasa loh bagi hidup kita ke depan. Jadi, jangan pernah meragukan masa depanmu. Tetap lakukan yang terbaik sesuai dengan passionmu dan yang penting... dengarkan kata hatimu. Kamu bisa menjadi apapun yang kamu, entah apapun anggapan orang terhadapmu. Kamu bisa menjadi penulis yang hebat, pemikir yang hebat, karena kamu bersahabat dengan ilmu itu sendiri (karena nggak semua orang bisa bersahabat dengan ilmu dan menyukai proses belajar itu sendiri loh). Jadi jangan cuma ikut-ikutan teman ya, daripada nanti kamu malah nggak sreg terus ujung-ujungnya jadi menyesal sendiri. 

Ingat, kamu berhak untuk menjadi dirimu sendiri dan mewujudkan masa depanmu sesuai dengan passionmu sendiri. Kamu mungkin tidak pernah menduga bahwa suatu saat kamu akan mendapatkan pekerjaan yang paling kamu impikan dalam hidupmu, karena hanya orang-orang yang yakin pada kemampuan dirinya dan mengembangkan apa yang ia sukai yang akan mendapatkannya. (Siapa coba yang nggak kepengen punya pekerjaan kayak Fujiko F. Fujio, Ono Eriko, J.K. Rowling, Stephanie Meyer, dll. Mereka cuma butuh imajinasi dan boom- sebuah karya besar pun lahir, asyik, kan?).

Itu juga yang saya pelajari dari orang-orang Jepang, terutama komikusnya. Mereka yakin pada apa yang mereka sukai, terlepas dari stigma masyarakat. Mereka suka menggambar, mereka membuat komik dan kebanyakan pekerjaan mereka juga di rumah hehe. Dan buktinya mereka juga bisa jadi orang hebat.



Saran : Buat yang suka menulis, ikuti banyak even-even kepenulisan siapa tahu kamu bakalan jadi kayak J.K. Rowling. Bagi yang suka nyanyi tinggal ikut banyak lomba aja. Gampang kan? Terus juga banyak-banyak ikut seminar atau international conference, mungkin. Jadi kamu tetap dapat ilmu baik soft skill maupun hard skill tanpa harus ikut organisasi (buat kalian yang gak suka, ya). Kan ada istilah tuh, ‘kecil-kecil lama-lama menjadi bukit’, meskipun awalnya orang-orang nganggap kamu remeh karena kamu jarang kelihatan di kampus wahaha... tapi lihat aja suatu saat kamu bisa menyaingi mereka kok dengan sesuatu yang nggak mereka punyai. Pokoknya percaya diri saja.

NB : tidak bermaksud menjelek-jelekkan orang yang suka berorganisasi. Kan seperti yang sudah saya jelaskan bahwa itu hanya masalah selera masing-masing orang saja. Tidak ada selera yang baik atau buruk kan, karena masing-masing persepsi orang itu berbeda-beda.



THAT NIGHTMARE IN THE WILD RAIN

Judul : That Nightmare in the Wild Rain
Genre : Mystery Fantasy 
Author : Tiara Mesias 


Hujan turun dengan amat deras disertai dengan kilatan halilintar yang menggelegar. 
Entah mengapa meskipun aku sudah terbiasa ditinggal sendirian hingga larut malam di 
rumah, aku merasa ada sesuatu yang berbeda pada malam ini... Hmm... Aku sendiri tidak 
tahu perasaan cemas dan resah macam apa ini, tapi tubuhku sudah sejak tadi menggigil 
tak karuan disertai bulu romaku yang berdiri. Aku mengigit bibirku agak keras dan 
berharap agar kantukku datang lebih cepat. 

Phats! 

Kilat kembali mengamuk disertai kilatan cahaya mengerikan yang mampu 
menembus jendela kamarku. Tirai kordenku bergoyang cepat akibat terpaan angin yang 
seolah marah. Kilatan cahaya tak kenal ampun menusuk mataku dan membuatku semakin 
merinding. Semoga ayah dan ibuku bisa segera pulang. Kumohon... Semoga malam ini, 
setidaknya, aku bisa tidur dengan nyenyak dan bisa bangun esok pagi disambut oleh 
senyum kedua orangtuaku. 

Phats! 

Mendadak lampu di kamarku, yang memang sengaja tidak kumatikan, padam. Aku 
nyaris menjerit dan cepat-cepat menarik selimut hingga menutupi kepalaku. Aku 
menangis terisak di balik selimut. Gelap. Mataku seakan buta dan tidak bisa melihat 
apapun. Hanya kegelapan dan terjangan kilat halilintar. Seseorang bisa saja muncul 
dengan tiba-tiba dan membahayakan nyawaku detik ini juga. Seseorang yang sangat 
mengerikan! Makluk yang berpostur seperti alien dengan bola mata merah dan cakar 
panjang di kedua tangannya yang kurus! Makluk pendek berkulit pucat yang selalu 
muncul dari jendela dan yang selalu menyambutku dengan seringaiannya yang 
menyeramkan! 

Ugh! 

Baru saja aku membayangkan gambaran mengerikan tentang makluk yang selalu 
membawa mimpi buruk di tidurku dan tubuhku sudah terasa seperti diduduki seseorang. 
Sangat... Sangat berat! Napasku tercekat dan punggungku merasa ngilu. 

Detik demi detik, ngilu yang kurasakan di punggungku semakin menjadi-jadi. Aku berusaha untuk 
menggerakkan semua anggota tubuhku agar bisa beranjak dan menyingkirkan siapapun 
itu yang sedang mendudukiku. Ah! Kenapa tubuhku tiba-tiba serasa seberat batu. Sangat 
sulit untuk menggerakkannya, bahkan menggerakkan jari-jariku sekalipun! Kali ini isak 
tangisku semakin menjadi. Tidak! Aku tidak boleh menangis! Aku tidak boleh membuat 
suara apapun! Atau makluk menyeramkan yang sedang menduduki bakal tahu kalau aku 
masih hidup. Setidaknya, aku harus pura-pura mati lagi malam ini supaya bisa selamat 
darinya. 

Benar, dugaanku memang tidak pernah salah! Kehadirannya bisa kurasakan dari bau 
menyengat yang tiba-tiba menusuk hidung. Seperti bau amis darah yang bercampur 
dengan bangkai tikus, benar-benar busuk! Aku membayangkan bahwa bau itu adalah bau 
dari nafas mulutnya! Ihh, menjijikkan! 

Entah untuk beberapa menit lamanya aku hanya terdiam dan berusaha untuk tetap 
bernapas! Aku tidak bisa memperkirakan berapa massa tubuh dari makluk keparat itu. 
Rasanya berat badannya itu melebihi ratusan kilogram sehingga nyaris meretakkan 
tulang-tulang rusukku. Enggrhh... Sekilas aku mendengar erangan suaranya yang mirip 
seperti erangan beruang. Aku hanya bisa berdoa, berharap aku bisa menggerakkan 
tubuhku dan bangkit dari ranjang ini. 

Namun, seberapa kerasnya usahaku untuk menggerakkan tubuhku, aku tetap tak bisa 
melakukannya. Seolah-olah makluk itu menghimpit tubuhku dan memegang kedua 
lenganku dengan kedua tangannya dan wajahnya.... 

Aku benar-benar tidak ingin membayangkannya, sungguh! Aku... Kuharap hal itu 
tidak akan pernah terjadi. Membayangkannya ada di sini dan menghimpit tubuhku saja 
aku sudah merasa ingin mati! 

Ergghh... 

Erangan mengerikan itu terdengar semakin jelas dan keras, seakan-akan aku dan 
makluk itu sudah tak berjarak. Aku berusaha untuk menyangkal semua pikiran buruk itu. 
Bagaimanapun, aku harus berjuang untuk diriku sendiri. Entah apapun yang sedang 
mengancam nyawaku sekarang, aku harus berusaha menang darinya! 

Perlahan dengan jantung yang berdegup kencang, aku menurunkan selimut dari atas 
kepalaku. Jantungku seakan-akan meloncat keluar begitu mataku bertemu langsung dengan bola mata semerah darah milik makluk itu. 

Aku berusaha untuk beteriak. Seringaian itu, lidah yang menjulur keluar itu, dan juga 
air liurnya yang tak henti-hentinya menetes... Ekspresi wajahnya menjadi semakin mirip 
dengan seekor beruang yang berhasil mencengkeram mangsanya. Apakah ini hanya ilusi? 
Tidak! Dia nyata dan wajahnya yang mengerikan itu juga nyata. Aku benar-benar terjebak 
antara hidup dan mati. Tapi bagaimanapun, aku harus berjuang untuk tetap hidup. 

Satu, dua, tiga! 

ARGHHHH!! 

Aku menjerit sekencang mungkin hingga pita suaraku serasa robek. Bersamaan 
dengan itu, makluk mengerikan di hadapanku juga ikut menggeram dengan keras. Guntur 
kembali menerjang dan kilatan cahaya yang menembus dari arah jendela membuat wajah 
makluk itu terlihat semakin menakutkan. 

Aku menggeliat-liatkan tubuhku, berusaha untuk melepaskan diri. Aku terus meronta 
dan menjerit sekuat tenaga hingga kedua lenganku berhasil terbebas dari cengkeraman 
makluk itu. Aku pun jatuh terguling ke lantai dan membuat punggung serta pinggangku 
serasa remuk. Bersusah payah, aku memaksa tubuhku yang lunglai ini untuk bangkit 
berdiri. Akan tetapi, saat aku sudah dalam posisi duduk tiba-tiba makluk itu menerjang 
tubuhku dan kembali menindihku. Keringat dingin semakin menghujani wajahku, 
napasku tercekat. Makluk itu lantas memperlihatkan gigi-giginya yang setajam paku 
dengan air liur yang tidak berhenti menetes. Dia... Dia akan memangsaku! Aku bisa 
melihat hasrat memangsa dari kedua bola matanya yang merah! 

Apakah aku akan mati? 

Tidak! Aku tidak mau mati! 

Aku meraba ke lemari buffet yang ada di belakang kepalaku. Tanganku terus meraba 
ke atas dengan gerakan cepat dan berhasil memegang lampu tidur. Tanpa pikir panjang, 
aku langsung menghantam wajahnya dengan benda itu. Ia seketika mengerang kesakitan. 
Suara teriakannya sangat keras dan melengking tajam seperti elang. Buru-buru aku 
beranjak berdiri dan lari keluar dari kamarku. Namun, saat aku berniat menuruni tangga, 
makluk itu mendadak muncul di belakangku dan dengan gerakan cepat melempar 
tubuhku ke arah dinding. 

Brak! Aku bisa merasakan benturan yang amat keras di bagian 
belakang kepalaku disertai nyeri hebat yang menusuk otakku. Aku meringis menahan sakit. Sebelum aku sempat berteriak lagi, makluk itu kemudian mencekik leherku dan 
hanya dengan satu lengan dia mampu mengangkat tubuhku ke atas sementara diriku mirip 
seperti ikan yang terus meronta saat dikeluarkan dari akuarium. Dalam kesakitan, aku 
berusaha melepaskan diri, akan tetapi kekuatan makluk ini seribu kali lipat lebih besar 
dibandingkan kekuatanku. Aku bisa melihat kuku tajam milik makluk itu perlahan mulai 
melukaiku. Aku mengerang keras dan tetap berusaha meronta meskipun aku nyaris di 
ujung tanduk. 

Gerakan tangannya berubah menjadi meremas dan membuat kuku-kukunya berhasil 
menembus kulitku. Aku menjerit kesakitan dan sebaliknya dia justru merasa semakin 
puas. Ia mengeratkan remasan tangannya pada tubuhku sebelum akhirnya melemparku 
hingga jatuh terguling dari atas tangga. Darah segar membasahi seluruh tubuhku akibat 
luka-luka yang kudapatkan. Eugh! Tubuhku berhenti berguling dan aku merasa sekarat. 

Napasku tersengal dan semakin melambat. Makluk itu terbang ke arahku dan aku dengan 
segenap kekuatan berusaha untuk bangkit. Terhuyung-huyung aku mencoba untuk kabur 
darinya, namun monster itu dengan sigap mencengkeram punggungku dengan kukunya 
yang tajam. Tubuhku seketika ambruk dan dia kembali ke posisi menindih tubuhku. Kini 
wajahku dan wajahnya kembali bertemu. Dapat kurasakan kebencian tanpa ampun dari 
caranya menatapku. Dia mencekik leherku dan kali ini lebih keras. Aku berusaha untuk 
melepaskan cengkeramannya, namun hal itu justru membuat cengkeramannya semakin 
kuat. 

Aku benci caraku mati. Kenapa aku harus mati dengan cara seperti ini? 

Ayah, Ibu, kumohon.... Selamatkan aku! 
.
.
.
.
THE END

Kamis, 03 Maret 2016

{My Daily Life} Tolong Jangan Ganggu Privasiku!

Tolong jangan ganggu privasiku!

Hari ini berjalan seperti biasanya. Saya menikmati hari ini dengan banyak membaca slash fiction di internet dan download beberapa lagu. Sore harinya, saya keluar sebentar untuk nge-print tugas Teknik Penulisan Ilmiah. Karena ingin membeli jagung rebus akhirnya saya mampir ke depan gerbang Panggungrejo. Beruntung sekali, karena jagungnya tinggal tiga, saya diperbolehkan hanya membayar tiga ribu saja untuk membeli jagung itu. Well, jagung rebus bukanlah jenis makanan yang berat, memiliki kalori rendah dan berkarbohidrat kompleks, sehingga aman untuk dimakan di malam hari (saya adalah tipe orang yang benar-benar menjaga kesehatan dan bentuk tubuh sejak didiagnosis menderita radang di usus). Saat saya sedang berjalan untuk ke tempat print dan fotocopy, tiba-tiba saya ketangkap basah oleh dua orang dari masa lalu saya. Maksudnya, mantan teman-teman yang satu kos dengan saya dulu. Karena sudah ketangkap basah, saya pun tidak bisa menghindar dan terpaksa harus berpura-pura tersenyum dan berbasa-basi dengan mereka. Mereka menanyai dimana alamat kos saya sekarang dan saya kembali terkena serangan jantung untuk kedua kalinya (serangan jantung pertama adalah saat saya ketangkap basah oleh mereka tadi). Saya seperti terserang syndrom Pinocchio karena tidak bisa berbohong (meskipun saya tidak mengatakan alamat kos saya secara detail karena saya sudah tidak mau berurusan lagi dengan mereka). Kenapa sulit sekali untuk berbohong? Dan kenapa saya dilahirkan untuk menjadi sangat kaku, sampai-sampai untuk berbohong kecil saja rasanya sulit bukan main. Mereka berkomentar, "Kok sekarang kamu kurus banget, bla, bla~" Saya benci kalau ada orang yang sok perhatian dan menyinggung tentang berat badan saya. Well, saya merasa LEBIH SEHAT dengan berat badan sekarang karena makanan yang sehat dan juga rutin olahraga dibandingkan dulu dan saya ogah, dong, untuk kembali gemuk dan terkena radang usus seperti dulu. Kemudian, saya dengan terburu-buru beralasan bahwa saya akan ke minimarket di dekat situ dan segera angkat kaki meninggalkan mereka.
Mungkin bagi kalian, saya ini aneh. Mungkin sebagian dari kalian akan menganggap saya sombong, tidak tahu diri, tidak bisa menghargai orang, dan lain sebagainya. Well, saya tekankan lagi bahwa bertemu dengan orang yang mengganjal di hati saya sama buruk efeknya seperti terkena serangan jantung atau sesak napas. Kalian tidak tahu bagaimana mereka menjelek-jelekkan saya saat saya masih berada di kos yang lama. Kalian tidak tahu betapa sakit hatinya saya direndahkan seperti itu, dianggap ini itu, diomongin di belakang (tapi mereka ngomonginnya dengan suara nyaring jadi tidak ada bedanya dengan menjelek-jelekkan langsung), dituduh ini itu hanya karena saya melakukan kesalahan kecil. Saya bahkan sampai menangis dan tidak bisa tidur berhari-hari karena jika malam tiba mereka akan mulai membicarakan saya di belakang. Saya benci kenapa dulu orang tua saya menempatkan saya di kos yang lebih mirip rumah! Dimana saya dipaksa untuk mendustai kepribadian saya yang introvert dengan HARUS BERPURA-PURA BERSOSIALISASI. IMAJINASI SAYA DIPOTONG, WAKTU UNTUK SENDIRI SAYA MENJADI SANGAT TERBATAS SEHINGGA SAYA BENAR-BENAR MERASA MUAK KARENA TIDAK BISA MENGISI ULANG ENERGI SAYA. Sekali lagi, introvert bukanlah seorang anti sosial, mereka hanya membutuhkan waktu lebih banyak untuk diri mereka sendiri, berimajinasi, atau bahkan hanya untuk tidur, intinya waktu untuk diri mereka sendiri adalah cara mereka untuk bernapas setelah seharian mereka HARUS MENAHAN NAPAS! Kami adalah jiwa tua yang terperangkap di dalam tubuh anak muda. Kami tidak suka pesta, hang out, dan lain sebagainya karena kami benar-benar tidak merasa nyaman dan tidak bisa menikmati semua itu. Kami dan Kalian memiliki orientasi hidup yang berbeda. Kami ditakdirkan untuk menjadi orang yang menemukan kedamaian dalam ketenangan dan kesendirian, sedangkan kalian menemukan kenyamanan ketika berkumpul dengan banyak orang dan berdansa di pesta dengan musik yang nyaring.
Sekali lagi pahami bahwa apa yang baik untuk kalian, belum tentu baik untuk kami. Malah sebaliknya, apa yang menurut kalian baik adalah NERAKA bagi kami. Saat sendiri, kami tidak pernah merasa kesepian, justru sebaliknya, dengan kesendirian itu kami merasa SENANG, TIDAK ADA BEBAN, BEBAS BERIMAJINASI, BEBAS MELAKUKAN APAPUN SEOLAH-OLAH DUNIA ADALAH MILIK KAMI. Saya sangat bersyukur akhirnya Tuhan mengabulkan doa saya dan memberikan kos-kosan yang sesuai dengan kepribadian saya yang introvert dan independen sehingga saya bebas menulis kapan saja, bebas bernyanyi keras-keras, bebas mandi selama mungkin tanpa harus ada lagi yang berteriak-teriak kasar dan menggedor-gedor pintu kamar mandi. Saya adalah jiwa yang bebas, tetapi tetap taat peraturan. Jiwa yang menikmati kesenangan dengan caranya sendiri, tetapi tetap patuh pada norma yang ada. Intinya, saya sangat bahagia dengan apa yang telah saya miliki sekarang dan saya tidak ingin orang-orang itu merusak dan mengambilnya lagi dari saya.
Mungkin, malam ini saya tidak akan bisa tidur memikirkan pertemuan menyebalkan tadi. Saya berdoa, semoga saya tidak harus bertemu dengan mereka lagi!
Salam Introvert

Kamis, 10 September 2015

I AM A PROUD VEGETARIAN

I AM A PROUD VEGETARIAN.
AND ALSO I HAVE LOW CARBOHYDRATE DIET
IT MAKES MY BODY FEELS MORE ENERGETIC, IDEAL, AND ALSO HEALTHY.
IF YOU WANNA MAKE MORE HEALTHY LIFE.
PLEASE JOIN ME.
COMMITMENT. AND THIS IS THE WAY I CHOOSE TO LIVE MY LIFE!